Sejarah Desa

Sejarah Desa Binuang

Awal Pembentukan Desa

Desa Binuang adalah salah satu desa baru yang terdapat di wilayah kecamatan Sepaku, dan merupakan salah satu desa yang jumlah penduduknya mencukupi untuk berdiri sendiri menjadi salah satu desa pemekaran. Desa Binuang terbentuk sebagai hasil pemekaran dari Kelurahan Maridan. Proses pemekaran ini dimulai dengan pengambilan wilayah dari RT 51 hingga RT 55 Kelurahan Maridan, yang kemudian diubah menjadi RT 01 hingga RT 05. Dengan berjalannya waktu dan semakin padatnya populasi, wilayah tersebut dipecah kembali menjadi 09 Rukun Tetangga (RT). Pemekaran ini dilakukan untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, memastikan bahwa kebutuhan dan aspirasi warga dapat diakomodasi dengan lebih baik dan efisien.

Wacana pemekaran pada saat itu bermula sejak Tokoh-tokoh Paser yang pulang setelah mengikuti mengikuti Musyawarah Besar (Mubes) Lembaga Adat Paser (LAP) I Tahun 2003. Pada sekitar tahun 2009 hingga 2010, sebuah tim khusus bernama Tim 9 dibentuk dengan tujuan mempersiapkan pemekaran desa ini. Tim 9 terdiri dari tokoh adat, tokoh masyarakat, serta perwakilan dari Kelurahan Maridan. Mereka berusaha untuk merancang struktur dan administrasi desa serta penamaan desa yang baru. Sebelumnya tujuan utama awal pemekaran yaitu mewujudkan Kelurahan Maridan menjadi sebuah Kecamatan karena pada saat itu penduduk Maridan luar biasa banyak, hampir 16 ribu jiwa. Namun karena ketentuan syarat yang berlaku pada Peraturan Pemerintah (PP) sebelumnya mengenai pemekaran kecamatan adalah harus memiliki 4 kelurahan/desa tetapi ternyata Peraturan Pemerintah (PP) pada saat itu sudah berubah menjadi 10 kelurahan/desa. Oleh karena itu akhirnya yang dapat diwujudkan hanya pemekaran Desa, sehingga terbitlah Peraturan Daerah Penajam Paser Utara Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Pembentukan Desa Binuang dan Desa Telemow di Kecamatan Sepaku.

Hasil kerja keras Tim 9 membuahkan hasil ketika pada tanggal 14 April 2010, Desa Binuang resmi menjadi desa mandiri yang disahkan oleh Bupati Kabupaten Penajam Paser Utara, H. Andi Harahap S. Sos, yang saat itu menjabat sebagai bupati. Desa Binuang mengambil wilayah mulai dari Km.6 Gg. Inpres sampai Km.12 perbatasan dengan Kelurahan Pemaluan, kondisinya sangat sepi bisa dikatakan kampung tertinggal karena tidak ada sarana bangunan Pemerintah selain SDN 024 dan SMA 7 PPU karena kurun waktu sebelumnya, semua bantuan baik pemerintah maupun ITCIKU terfokus di Maridan

Asal Usul Nama Desa

Nama Binuang sendiri diambil dari nama sebuah sungai yang mengalir melalui wilayah desa ini, yaitu Sungai Binuang. Sungai ini mendapatkan namanya karena di sepanjang tepinya dan wilayah desa ini banyak tumbuh pohon binuang. Pohon binuang adalah jenis pohon yang dikenal dengan kayunya yang kuat dan digunakan untuk berbagai keperluan, termasuk bahan bangunan.

Nama Desa Binuang yang termuat dalam Perda tersebut merupakan hasil kesepakatan Tim 9 berdasarkan masukan dari tokoh-tokoh Paser yang ada di wilayah pemekaran, banyak alternatif nama desa pada saat itu tapi yang terpilih adalah Binuang karena di wilayah pemekaran itu mengalir dua anak Sungai Pemaluan yaitu Binuang Induk yang melintas di Km.7 dan Binuang Anak yang melintas di Km.10.

Penduduk Awal dan Perkembangan Penduduk

Penduduk awal Desa Binuang adalah suku Paser, yang terdiri dari suku Paser Balik dan Paser Telakeh. Suku Paser telah lama menghuni wilayah ini, membangun kehidupan dengan adat istiadat dan budaya mereka yang khas. Seiring berjalannya waktu, Desa Binuang mengalami pembauran dengan suku-suku lain seperti suku Jawa, Bugis, dan Banjar. Pembauran ini terjadi seiring dengan pernah berdirinya perusahaan besar PT. ITCIKU yang membutuhkan banyak tenaga kerja dari berbagai daerah di Indonesia.

Kehadiran berbagai suku ini membawa pengaruh budaya yang beragam ke Desa Binuang. Namun, suku Paser sebagai penduduk asli tetap mempertahankan identitas mereka.

Kebudayaan dan Tradisi

Desa Binuang memiliki seni dan budaya yang hingga kini masih dilestarikan oleh masyarakatnya. Salah satu bentuk seni yang terkenal adalah Tari Ronggeng Paser, yang merupakan identitas dari masyarakat suku Paser. Tari Ronggeng Paser ini sering dipertunjukkan dalam acara-acara adat dan upacara penting, menjadi simbol kebanggaan suku Paser yang menetap di desa ini.

Selain Tari Ronggeng Paser, Desa Binuang juga pernah memiliki tradisi pengobatan tradisional yang disebut Belian. Tradisi ini melibatkan penggunaan ramuan herbal dan ritual khusus yang dipimpin oleh dukun atau tabib setempat. Namun, seiring perkembangan zaman, tradisi Belian ini sudah tidak lagi dilakukan. Meski demikian, kisah dan pengetahuan tentang Belian masih diingat oleh sebagian masyarakat sebagai bagian dari sejarah budaya desa.

Perkembangan Ekonomi

Ekonomi Desa Binuang sebagian besar didukung oleh sektor pertanian, perkebunan, dan kehutanan. Kehadiran perusahaan besar seperti PT. ITCIKU yang pernah memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian desa, terutama dalam penyediaan lapangan kerja bagi penduduk setempat. Selain itu, usaha-usaha kecil dan menengah seperti kerajinan tangan, toko kelontong, dan warung makan turut memberikan kontribusi terhadap perekonomian desa.

Di sektor perkebunan, kelapa sawit dan karet menjadi komoditas utama bagi beberapa warga hingga saat ini serta dahulu kehutanan juga memberikan sumbangan yang penting dengan kayu sebagai salah satu hasil utamanya.

Tantangan dan Harapan

Meskipun Desa Binuang telah mengalami beberapa kemajuan, masih ada tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat. Meskipun sudah ada fasilitas pendidikan dan kesehatan di desa ini, namun kualitasnya masih perlu ditingkatkan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus berkembang.

Selain itu, pembangunan infrastruktur yang lebih baik juga menjadi harapan masyarakat. Akses jalan yang baik, fasilitas air bersih, dan listrik yang memadai adalah beberapa aspek yang masih memerlukan perhatian lebih.

Masyarakat Desa Binuang berharap agar desa ini terus berkembang menjadi lebih baik lagi. Mereka menginginkan adanya dukungan dari pemerintah dan pihak-pihak terkait untuk membantu mengatasi tantangan yang ada. Dengan semangat gotong royong dan kerja keras, masyarakat yakin bahwa Desa Binuang dapat mencapai kemajuan yang lebih besar di masa depan.